TINGKATAN KEIMANAN (Kitab Kasyifatus saja)


TINGKATAN KEIMANAN
Iman secara bahasa berarti membenarkan secara mutlak baik atas apa yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW maupun terhadap sesuatu yang lain.  Sedang secara istilah syara’ adalah Membenarkan setiap yang diajarkan Rasulullah SAW dari setiap ajaran ilmu agama. Membenarkan disini maksudnya adalah ikutnya nafsu ataupun hati pada suatu keyakinan dengan penuh keridlaan terhadap apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan tingkat keimanan antara seseorang dengan orang lainya tentu mempunyai perbedaan. Adapan perbedaan tersebut dapat digolongkan dalam lima tahapan keimanan yaitu :
  1. Iman taqlid, yaitu kemantapan seorang hamba pada apa yang diucapkan oleh orang alim dengan tanpa mengenal dalil asli (karena kurangnya kemampuan untuk menggali sendiri dalil yang ada yakni al-qur’an dan al-hadist). Tingkat keimanan seperti ini dianggap sudah benar, namun bagi orang yang memang mampu mempelajari dalil-dalil yang ada sedang ia tidak mau mempelajari dalil tersebut maka ia adalah orang yang berbuat maksiyat.
  2. Imanul alim, yaitu orang yang mengetahui dasar-dasar dalil / akidah secara menyeluruh. Orang yang seperti ini mampu menguasai dasar agama baik dari Al-qur’an maupun Hadist dengan menyeluruh serta mempunyai tingkatan ilmul yakin (meyakini kuasa Allah). Kedua tingkatan diatas semuanya disenangi Allah SWT.
  3. Imanul muroqobah, yakni keimanan seseorang yang mengenal Allah dengan senantiasa mendekatkan hati mereka. Tidak pernah melupakan Allah SWT dalam hati mereka walaupun hanya sekejap dan seolah-olah melihat Allah dimanapun ia berada. Tingkatan seperti ini dikenal dengan maqom Ainul Yakin (melihat kekuasaan Allah dengan penuh keyakinan)
  4. Imanul haq, yakni melihat Allah dengan penglihatan hatinya. Melihat Allah dengan apa yang ada disekelilingnya. Ini adalah maqom musyahadah atau dikenal sebagai maqom Haqqul Yakin. Orang yang mencapai maqom ini tidak akan melihat pada makhluq, karena pandangan mereka sudah terhalang dari keadaan makhluq tersebut.
  5. Maqom Hakikat, yakni tingkatan fana’ / selalu dengan Allah. Ini adalah tingkatan orang yang selalu terpaut cinta mereka terhadap Allah SWT. Ia tidak pernah melihat kecuali kepada Allah. Ia bagaikan orang yang tenggelam di lautan dan tidak bisa melihat selain pada Allah SWT.
Dari kelima tingkatan diatas yang harus diusahakan oleh orang awam seperti kita adalah tingkatan pertama dan kedua. Jika kita memang mampu, maka harus belajar dengan sungguh-sungguh, jangan hanya setengah-setengah. Namun jika kita memang tidak mampu menjadi orang alim, maka hendaknya kita bertaqlid (ikut) pada ajaran-ajaran para ulama’ salafi. Jangan sampai karena kebodohan kita justeru menjerumuskan anak turun kita maupun orang lain kepada jurang kekeliruan. Tempatkan diri kita pada potensi dan spesialisasi masing-masing dan yang harus kita lakukan, sebagaimana suatu kaidah yaitu :
وَاْلمُحَافَظَةُ عَلَى اْلقَدِيْمِ الصَّالِحِ    #  وَ اْلاَ خْذُ بِالْجَدِيْدِ اْلاَصْلَحِ
“Melestarikan tradisi lama yang masih baik, serta mencari hal-hal baru yang lebih baik baik”.
Sedang ketiga tingkatan lainya diatas merupakan ilmu dari tuhan yang dikhususkan bagi siapapun yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Semoga kita senantiasa ditunjukan pada jalan yang lurus, yang bisa menghindarkan kita dari amukan api neraka. Amin.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ . غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Dinuqil dari Syarh Kasyifah-As Saja , Syekh Abu Abdil Mu’thi Muhammad Al-Jawi, Semarang : Maktabah Toha Putera, ..., hlm : 9.

Comments